"Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." ~ Ams 17:17
Banyak orang yang merasa yang diperlukan seorang sahabat adalah kehadiran mereka. Ketika selalu hadir dalam acara mereka, kesenangan mereka, ataupun kesedihan mereka, orang yang seperti itulah yang disebut sahabat.
Tapi bagiku,
sahabat adalah seorang yang selalu siap tutup mulut dalam menghadapi cerita kita. Baik ketika bertemu dengan orang lain (dia tidak banyak cerita) ataupun ketika kita sedang cerita (dia tidak banyak meng-komplain cerita kita).
Aku jadi ingat waktu kelas 6 SD, ketika aku menyukai seseorang, aku memutuskan untuk menceritakan hal itu kepada temanku yang kurasa menjadi sahabatku. Singkat cerita ketika aku mulai bercerita, beberapa minggu setelahnya hal itu sudah menjadi sebuah gosip di antara teman-temanku. Yang akhirnya membuat aku menjadi orang yang malu dalam menanggapi cerita-cerita tersebut. Mungkin sejak itulah, aku menjadi seorang pribadi yang tertutup dalam masalah pribadiku. Aku menceritakan banyak cerita tentang kehidupan sekolahku, kuliahku, tapi beberapa masalah pribadiku, aku jadi tidak mau cerita sama sekali kepada orang-orang yang bahkan dekat denganku. Lewat sebuah kesalahan kecil di masa lalu, membuatku menjadi orang yang tidak suka bercerita dengan banyak orang. Tapi jujur, pilihan untuk tidak mau bercerita, terkadang itu juga menyiksaku, sering kali membuat aku jadi rentan galau. Mungkin karena naluri manusia ya? Well.. Mungkin lewat blog ini aku dapat bercerita dengan bebas, dan penyakit kadang galau ini bisa minggir daripadaku.. hahaha.. :)
Salah satu kelemahanku yang tertutup ini baru aku soroti ketika aku mengisi tes kepribadian (ato semacamnya gitu lah aku lupa namanya). Saat itu pembimbing rohaniku menceritakan bahwa aku adalah orang yang tertutup. Dan dia mengajarkan aku untuk mempunyai sahabat, dimana aku berani membuka kulit kacang yang selama ini aku tutupi. Yaitu cerita-cerita tentang emosi pribadi, kelemahanku atau semacamnya. Dia mengerti bahwa aku adalah pribadi yang suka sok kuat di depan banyak orang, tapi sebenarnya lemah di dalam. Setelah beberapa menit perbincangan itu, aku mulai mengerti tentang diriku ini. Nampaknya benar apa yang dikatakan oleh pembimbing rohaniku itu. Sehingga salah satu kata yang sering kuucapkan waktu itu adalah "Happy outside, broken inside." Aku seringkali terlihat tersenyum di depan banyak orang, namun sebenarnya di dalam diriku muncul berbagai emosi yang aku tak berani ungkapkan. Yah~~ Tertutupnya diriku.
Pernah suatu kisah di Desember 2011, dimana saya mencoba untuk PDKT ke seorang cewek yang berujung kepada kegagalan. Disitu aku mulai berusaha mengandalkan temanku karena tidak ada cara lain yang kupikirkan lagi. Aku mulai cerita tentang banyak hal, dan mulai meminta bantuannya. Dan pada akhirnya, gagal juga. Beberapa hari saat itu, gosip pun mulai bertebaran. Dan akhirnya aku pun mulai jadi pribadi yang tidak berani bercerita lagi.
Yah~~ Aku gak tahu apa ini. Mungkin kekecewaan, mungkin sebuah trauma, ataupun apalah. Yang pasti kalau ada orang yang meminta deskripsi tentang sahabat, aku tetap merasa sahabat adalah seorang yang selalu siap tutup mulut dalam menghadapi cerita kita. Sehingga kita bisa merasa bebas untuk membuka kulit kacang dan menampilkan isi kacang kita. Segala kekonyolan, cerita memalukan, atau apapun itu.
Tapi berhati-hatilah kalau memasang standar sahabat seperti itu. Karena prinsipku yang seperti itu, saat ini aku mempunyai banyak teman, tapi 0 sahabat.
Sehingga kalau aku punya banyak kebingungan, kepedihan atau berbagai macam perasaan. Aku hanya bisa diam tutup mulut dan berkata: "Hanya Tuhan yang mengerti kondisi hatiku saat ini" :)
Membuka kulit kacang atau membuka kulit kenari?
ReplyDeleteJika membuka kulit kacang, hanya perlu menggunakan tangan saja, tetapi membuka kulit kenari memerlukan pemecah kenari. Jika berhasil menemukan pemecah kenari tersebut, kenari akan sangat layak dinikmati. Temukan pemecah kenari anda!
hahaha..thank you :)
ReplyDelete